Seiring tumbuhnya telepon pintar yang dijual murah, maka tumbuh pula start up yang bergerak dalam bidang apapun. Salah satunya adalah start up yang bergerak dalam bisnis penginapan perjalanan. Salah satu brand yang dikenal adalah Airy Rooms. Namun saat ini Airy Rooms bangkrut dan meninggalkan banyak pertanyaan bagi para penggunanya.
Kemunculan Airy Room
Menurut laman wikipedia, Airy adalah perusahaan milik anak bangsa yang bergerak di bidang teknologi jaringan operator hotel yang bermitra dengan hotel budget di seluruh Indonesia dan menyediakan layanan pemesanan tiket pesawat dengan fokus perjalanan domestik di Indonesia.
Perusahaan ini didirikan pada tahun 2015 dan sudah bekerja sama dengan lebih dari 2000 properti dan mengelola 30000 kamar di Indonesia. Perusahaan yang sudah bergerak di 100 kota ini menyediakan tiga jenis kamar yang yaitu Airy Premier, Airy Standard, dan Airy Eco. Dilihat dari profil dan sepak terjangnya Airy bukanlah sebuah bisnis penginapan skala kecil.
Airy Rooms Bangkrut
Terhitung sejak tanggal 31 Mei 2020, Airy menghentikan layanannya secara permanen di seluruh Indonesia akibat efek dari pandemi COVID-19 yang mengganggu bisnis wisata di Indonesia. Sebelumnya start up pemesanan hotel Airy Rooms memutuskan untuk menghentikan semua kegiatan operasionalnya di Indonesia dan akan resmi tutup secara permanen keseluruhan mulai 31 Mei 2020.
Segala jenis transaksi pembelian serta pemesanan akomodasi dan tiket pesawat tidak dapat dilakukan lagi melalui platform Airy baik melalui website resminya dan juga melalui aplikasinya. Agen travel online yang bermitra dengan Airy juga menghentikan layanan pemesanan Airy.
Efek Pandemi Covid di Bidang Pariwisata
Keberadaan wabah Covid di seluruh dunia memberikan dampak yang sangat berat bagi perekonomian. Wabah ini menjadikan masyarakat di seluruh dunia membatasi pergerakannya. Hal inilah yang menjadikan pariwisata menjadi salah satu lini yang sangat terancam dengan keberadaan wabah covid 19.
Bagaimana tidak, dengan adanya wabah ini berbagai destinasi wisata ditutup sampai waktu yang tidak bisa di prediksi lagi. Banyak wilayah menerapkan karantina dengan ketat, berharap persebaran wabah yang merenggut kehidupan ratusan ribu jiwa di seluruh dunia ini bisa dikendalikan.
Meskipun saat ini wabah sudah seperti dilupakan dan banyak daerah menerapkan kehidupan normal dengan pembatasan tertentu, namun kebangkitan perekonomian di sektor wisata belum juga menemukan titik terang. Hal ini terus berlanjut beberapa bulan setelah adanya penerapan kehidupan normal dengan pembatasan.
Hal itulah yang menjadikan berbagai bisnis di sektor wisata dan sektor lainnya mengalami kebangkrutan. Seleksi alam dalam dunia bisnis mulai berjalan. Siapa yang mampu bertahan di situasi pandemi seperti ini akan tetap berdiri tegak, dan banyak perusahaan yang mampu menjalaninya. Namun banyak pula yang terlihat gagah dan besar sebelumnya ternyata memiliki pondasi pertahanan yang sangat rapuh dan mulai pertumbangan.
Pencegah Kebangkrutan
Banyak perusahaan yang sudah menyiapkan langkah alternatif sebelumnya namun tidak begitu efektif. Banyaknya dana cash yang disediakan untuk menutupi kerugian di masa pandemi ternyata tidak mampu memberikan kekuatan yang berarti. Waktu untuk bertahan terlalu lama, dimana pengeluaran selalu ada namun pemasukan tidak selalu ada.
Langkah lain yang banyak dilakukan oleh perusahaan besar adalah memberikan semacam diskon, program paket murah dan sebagainya. Namun hal ini ternyata juga tidak memberikan dampak yang signifikan. Meskipun pemberian diskon dilakukan secara besar-besaran namun apabila sebagian besar orang mengikuti anjuran untuk di rumah saja maka hal itu menjadi sia-sia.
Upaya perampingan perusahaan juga telah dilakukan oleh banyak perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata. Perampingan ini bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran perusahaan. Hal yang dilakukan adalah dengan merumahkan sebagian karyawannya atau menutup unit usaha lain dan mempertahankan unit lainnya.
Hal yang paling pahit adalah ketika perusahaan tidak mampu berjalan sama sekali dan memutuskan langkah pahit terbaiknya yakni dengan menutup perusahaan secara permanen. Hal inilah yang terjadi pada perusahaan Airy. Setelah merumahkan banyak karyawannya beberapa waktu lalu, ternyata hal ini tidak cukup efektif sehingga perusahaan harus tutup dan berhenti beroperasi.
Pentingnya Diversifikasi Bisnis
Ketika berbagai upaya telah dilakukan namun pertahanan tidak juga didapatkan, sebenarnya seperti apa solusi terbaik dalam menghadapi badai ini? Kunci dari pertahanan di masa sekarang adalah dengan melakukan diversifikasi bisnis. Perusahaan harus mampu membuka peluang lainnya di dalam bisnis agar bisnis bisa menyesuaikan dengan keadaan. Jika tidak dilakukan, perusahaan dengan manajemen keuangan terbaikpun akan hancur.
Bisa dipahami bahwa diversifikasi adalah perluasan maupun penambahan barang maupun jasa yang bertujuan untuk meningkatkan profitabilitas dari suatu perusahaan. Atau dalam kata lain adalah usaha penganekaragaman bidang usaha maupun lokasi perusahaan yang dilakukan oleh suatu perusahaan demi memaksimalkan keuntungan.
Meskipun perusahaan membuka front penjualan baru yang bahkan tidak ada kaitannya dengan yang perusahaan selama ini lakukan, namun demi arus kas masuk yang stabil hal ini bisa dilakukan. Contoh yang pernah ada adalah ketika perusahaan kosmetik banting setir dengan membuka uit usaha produksi hand sanitizer di masa pandemi. Ketika kosmetik mulai lesu, mereka tetap panen dengan produk hand sanitizernya.
Mungkin dalam dunia pariwisata akan banyak langkah cerdas yang bisa dilakukan untuk sekedar menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan. Banyak hotel yang bekerjasama dengan pemerintah untuk memberikan layanan tempat tinggal sementara bagi tenaga medis. Ada juga yang memberikan tempat karantina. Semua hanya demi bertahan dan jangan memikirkan laba yang besar dahulu karena bertahan sampai pandemi berakhir adalah hal yang cukup bagus.
Pelajaran Penting Pebisnis
Yang perlu dikeahui oleh para pebisnis adalah, setiap pebisnis harus sadar bahwa saat ini ia berada di era disrupsi dimana berbagai bentuk inovasi bisnis berkembang secara masif. Jika pebinsis tidak mampu mengimbangi perkembangan bisnis tersebut, maka siap-siap kalah dalam persaingan.
Hal paling mudah diindera adalah adanya pergeseran cara membeli sesuatu di masyaarakat. Di masa lalu, mall-mall selalu ramai dengan pembeli yang berburu produk. Untuk saat ini, pembeli yang menginginkan produk tertentu, tinggal pesan saja di marketplace atau onlineshop.
Termasuk produk jasa, pemilik bisnis jasa saat ini tidak perlu menempelkan poster di setiap perempatan jalan atau tiang listrik. Pangsa pasar telah tersedia di dunia maya dan pemilik bisnis tinggal menjaringnya melalui platform media sosial maupun website.
Segera kemas bisnis Anda dengan baik dan bawa masuk ke persaingan digital di era disrupsi. Jangan sampai Anda ketinggalan dengan kompetitor Anda!